Warning: Constant WP_MEMORY_LIMIT already defined in /home/u8660474/public_html/dpdhanurakaltim.com/wp-config.php on line 87
KPU Sempurnakan Grand Design Sosdiklih dan Parmas – Web Resmi DPD Hanura Kaltim
Web Resmi DPD Hanura Kaltim
Kaltim News

KPU Sempurnakan Grand Design Sosdiklih dan Parmas

KPU Gelar FGD

JAKARTA- Sosialisasi, Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Masyarakat (Sosdiklih dan Parmas) tidak hanya menjadi tugas Komisi Pemilihan Umum (KPU) saja, melainkan menjadi kewajiban semua pihak, terlebih proses Pemilu dan Pemilihan 2024  jauh lebih kompleks dari sebelumnya.

Saaat ini KPU telah telah mewacanajan membuat Grand Design Sosialisasi, Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Masyarakat pada Pemilu dan Pemilihan Tahun 2024, dan tinggal dilakukan  penyempurnaan dari berbagai pihak.

Untuk itulah, kemudian KPU menggelar Focus Group Discussion (FGD) Grand Design Sosialisasi, Sosdik dan Parmasi yang digelar Biro Partisipasi dan Hubungan Masyarakat KPU, di Jakarta, Rabu (7/9).

Hadir pada FGD ini Ketua KPU Hasyim Asy’ari dan Anggota KPU August Mellaz, serta 10 narasumber di antaranya Direktur Politik Dalam Negeri Kemendagri Syarmadani, Direktur Eksekutif Algoritma Aditya Perdana, Pakar, Akademisi & Praktisi Media Rulli Nasrullah, Ketua Visi Nusantara Maju (Vinus) ITB Yusfitriadi, Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus, Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo, Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TEPI) Jeiry Sumampow, Direktur Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti, Ketua Umum Research and Strategic Advisory (Exposit Strategic) Arif Susanto, Direktur Eksekutif Kata Rakyat Alwan Olla dengan moderator Direktur Indonesia Parliamentary Center (IPC) Ahmad Hanafi.

Mengawali FGD, Hasyim meminta dukungan dan masukan narasumber terkait media penyampaian pesan, termasuk substansi pesannya, dan kelompok sasarannya. Tak hanya itu, KPU perlu masukan terkait siapa yang akan menjadi pembawa pesan (messenger). Hal ini penting didiskusikan dan ditentukan, agar komunikasi yang dilakukan efektif.

“Kita mencoba mengidentifikasi itu, karena generasi sekarang cara komunikasinya sangat berbeda, ini kalau tidak pas kemudian pesan yang kita harapkan tersampaikan, tertolak, itu bisa menimbulkan tidak efektif pola komunikasinya,” ujar Hasyim.  Selain itu, sambung Hasyim, ia menilai peran media pers penting untuk dilibatkan dalam membantu KPU, mengkomunikasi pelaksanaan penyelenggaraan Pemilu kepada generasi milenial atau pemilih muda.

Senada dengan Hasyim, anggota KPU August Mellaz berharap FGD dapat membahas dan mendalami substansi, serta menghimpun saran dan masukan dari berbagai pihak/masyarakat.  Masukan dan usulan dari narasumber akan menjadi bahan penyempurnaan grand design untuk  diimplementasikan ke jajaran satker KPU di daerah.

“Cetak biru yang kami coba susun dalam konteks divisi, saya ingin ini diputar dulu dalam beberapa forum dan nanti mendapatkan banyak masukan sebelum jadi bahan sosialisasi, jangan sampai visi misi divisi itu mendominasi, tetapi paling tidak kami potret bagaimana masukan teman-teman” kata Mellaz.

Mellaz menekankan tema besar terkait sosialisasi dan pendidikan pemilih yakni visi Pemilu sebagai satu sarana integrasi bangsa. Apalagi Pemilu 2024 memiliki tantangan dalam sosialisasi,  pendidikan pemilih dan partisipasi masyarakat. Tantangannya yakni kondisi masyarakat, potensi hoaks dan ujaran kebencian.

Sementara itu Syarmadani menyampaikan masukan, agar KPU memerhatikan generasi muda, perempuan, penyandang disabilitas dan masyarakat 3T yakni terluar, terdepan dan tertinggal.  Sedangkan Rulli Nasrullah menyampaikan, KPU perlu melakukan riset terkait pemilih yang baru memasuki umur 17 tahun jelas  pemungutan suara. Aditya Perdana dan Arwan Olla meminta KPU fokus pada generasi Z dan menentukan cara berkomunikasi yang tepat, misalnya  menggunakan media seperti TikTok.

Selanjutnya Yusfitriadi menyarankan KPU, untuk mengembangkan akses perpustakaan pemilu berbasis digital. Adapun Lucius Karus menyarankan, agar data dan rekam jejak calon disampaikan secara memadai untuk masyarakat pemilih mengetahuinya. Kemudian, Ari Nurcahyo menyarankan KPU, untuk mendesain metode penyampaian pesan yang lebih informatif dan melibatkan generasi muda dalam membuat konten.

Jeiry Sumampow sepakat, jika tagline KPU adalah pemilu sebagai sarana integrasi bangsa. Ray Rangkuti mengingatkan perlunya pembangunan pendidikan politik, bahwa pemilu sebagai hajat bersama bukan milik partai politik, dan terakhir Arif Susanto menekankan perlunya fokus pada kabar bohong dan distorsi informasi.

Sumber : kpu.go.id | Editor : TMC

Related posts

OIKN Lakukan Pendampingan dan Fasilitasi UMKM Lokal

admin

17 Agustusan di IKN Akan Digelar Pesta Rakyat

admin

Hanura Klaim Kantongi 5 Nama Cawapres Ganjar Pranowo

admin