JAKARTA – Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah memetakan beberapa ancaman potensial, terhadap pembangunan ibu kota negara Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur termasuk wilayah penyangga lainnya di Kalimantan. “Sudah menjadi tugas pokok TNI untuk mengamankan pembangunan IKN, karena IKN merupakan lambang dan simbol kedaulatan negara,” kata Kepala kelompok staf ahli Pangdam VI Mulawarman Brigjen TNI Ivancius Siagian.
Hal itu disampaikan dalam webinar dengan tema, IKN dan mitigasi radikalisme terorisme, digelar Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia, yang dilaksanakan secara daring dipantau di Jakarta, Selasa (21/3). Lanjut dijelaskannya, wilayah penugasan Kodam VI Mulawarman terdiri atas 3 provinsi yakni Kalimantan Utara (Kaltara), Kalimantan Timur (Kaltim), dan Kalimantan Selatan (Kalsel).
Berdasarkan pemetaan, Kalbar merupakan 5 besar wilayah rawan radikalisme, menurut hasil survei BNPT. Wilayah ini juga berbatasan langsung dengan negara tetangga dan memiliki akses besar dari serta ke luar negeri. “Potensi transnasional crime seperti penyeludupan manusia,” ujar seraya menyebutkan bahwa belum lama ini, Batalyon infanteri di perbatasan Kaltara, mengagalkan penyeludupan 24 kilogram narkotika jenis sabu-sabu.
Kemudian, untuk pemetaan wilayah Kaltim, masuk dalam kelompok terorisme jaringan Filipina Selatan dan Poso Sulawesi Tengah. Kemajemukan masyarakat dimanfaatkan jaringan terorisme untuk deception (penipuan) serta wilayah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan memiliki akses besar dari dan keluar negeri. Sedangkan di wilayah Kalsel, skala masyarakat terpapar radikalisme berada di ambang menegah, dengan skala 55,5 poin. Provinsi dengan tingkat kemajemukan tinggi dan memiliki garis pantai cukup panjang, yang dapat menjadi akses infiltrasi.
Selain itu, Kodam VI Mulawarman juga memetakan “sel tidur” di antaranya Kaltara dengan 2 kelompok radikal, satu napi teroris (napiter) dan satu mantan napiter. Selanjutnya Kaltim dengan 21 kelompok radikal, terdiri 2 napiter, 15 mantan napiter dan 4 simpatisan. Kemudian di Kalsel terdapat 19 kelompok radikal, terbagi 7 napiter, 1 mantan napiter dan 11 simpatisan.
Lanjut diungkapkannya, kegiatan dari sel tidur itu yakni melakukan penguatan sel-sel baru kelompok radikal, dengan penyebaran doktrin radikalisme. Memasukkan anak-anak ke pondok pesantren radikal, hingga melaksanakan amaliah pada momen tertentu.
Sumber : Detikcom | Editor : TMC